top of page

Professional Group

Public·103 members

Peristiwa Peristiwa Penting Yang Terjadi Bangsa Portugis Di Indonesia - Syair SDY



Ratu Kalinyamat berhasil meloloskan diri dari peristiwa pembunuhan itu. Ia kemudian bertapa telanjang di Gunung Danaraja, dengan sumpah tidak akan berpakaian sebelum berkeset kepala Arya Penangsang. Penulis2 Jawa jaman dulu sering menggunakan tamsil atau perumpamaan. cerita Ratu Kalinyamat bertapa telanjang ini juga bukan aslinya, tapi menggambarkan Ratu Kalinyamat bersumpah hidup prihatin sampai Arya Penangsang yang membunuh suaminya dihukum mati.




Peristiwa Peristiwa Penting Yang Terjadi Bangsa Portugis Di Indonesia - Syair SDY



Baru setelah pemimpinnya gugur, pasukan Jepara ditarik mundur. Pertempuran selanjutnya masih terjadi di pantai dan laut yang menewaskan 2.000 prajurit Jepara. Badai datang menerjang sehingga dua buah kapal Jepara terdampar kembali ke pantai Malaka, dan menjadi mangsa bangsa Portugis. Prajurit Jepara yang berhasil kembali ke Jawa tidak lebih dari setengah dari yang berhasil meninggalkan Malaka.


Bab III mengenai kemunculan generasi muda Kristen dengan wawasan yang baru, yaitu generasi yang dibina untuk bersikap positif (tapi kritis) terhadap nasionalisme Indonesia dalam terang iman Kristen. Generasi ini pula yang mengalami terobosan dalam arah oikumenis kekristenan di Indonesia. Kemunculan mereka berhubungan dengan pelayanan sejumlah mantan anggota gerakan mahasiswa Kristen Belanda di Indonesia dan dalam kaitan dengan peristiwa-peristiwa oikumenis tahun 1920-an dan 1930-an. Pembentukan CSV dan konferensi WSCF di Citeurep tahun 1933 merupakan puncak-puncak utama dalam sejarah generasi ini. Sosok nasionalis generasi ini diungkapkan melalui dua orang tokohnya, P.A. Tiendas dan J. Leimena. Di bidang kepemimpinan dan pelayanan gereja, pendirian HTS pada tahun 1934 juga merupakan terobosan penting dalam kemunculan generasi muda Kristen yang berwawasan baru itu.


Seperti yang digambarkan Muller-Kruger, Indonesia yang dijumpai bangsa-bangsa Barat pada abad ke-16 sedang mengalami perubahan-perubahan penting. Peta politik dan peta keagaman sedang berubah: kerajaan-kerajaan Hindu runtuh digantikan oleh bangkitnya kesultanan-kesultanan Islam di berbagai tempat.[2]


Hari itu juga, Hatta dihubungi oleh seorang perwira Angkatan Laut Jepang untuk menyampaikan penolakan kalangan Kristen dari Indonesia bagian Timur terhadap bagian rumusan konsep Pembukaan UUD yang mengistimewakan golongan Islam. Dalam buku kenangannya Hatta mencatat peristiwa itu:


Kekristenan tiba di Indonesia dalam hubungan dengan pelayaran niaga bangsa-bangsa Barat ke Asia dan pengkristenan penduduk di Indonesia berkaitan dengan kepentingan politik perdagangan itu. Dalam percaturan kekuatan memperebutkan hak monopoli memperebutkan rempah-rempah yang dihasilkan Indonesia, agama Kristen ditentukan oleh pemenang: sebagian besar jemaat-jemaat Kristen Katolik dari masa Portugis diprotestankan pada masa VOC Belanda dengan kedudukan sebagai jemaat-jemaat dari Gereja Protestan di Belanda. Dengan pengecualian di Maluku, kekristenan di Indonesia pada kedua masa itu berada diluar kehidupan masyarakat Indonesia atau menjadi kelompok-kelompok persekutuan yang tercerabut dari kenyataan masyarakat aslinya oleh pola kekristenan yang bercorak asing dan oleh pemukiman mereka di sekitar pusat kehidupan Eropa (benteng). Jadi berlangsung semacam proses alieanasi orang Kristen Indonesia. Di Maluku Tengah, kekristenan mempribumi, menjadi bentuk formal kepercayaan rakyat dan relatif berhasil mempertahankan wilayah itu dari pengislaman.


Pada masa pergerakan nasionalime Indonesia, lembaga-lembaga gereja dan Zending mula-mula mengambil jarak, terutama karena pergerakan itu tampil sebagai gerakan dari golongan-golongan yang tidak sejalan dengan kekristenan: Islam ataupun Komunis. Tetapi lamban laun kalangan Zending memahami hakekat pergerakan itu sebagai ungkapan hak kemerdekaan suatu bangsa. Dari kalangan Zending yang pada masa itu banyak menentukan kehidupan Kristen di Indonesia muncul beberapa tokoh yang jeli membaca tanda-tanda zaman dan kemudian berusaha mengarahkan Zending dan gereja-gereja terhadap pergerakan nasional Indonesia. Tetapi bukan suatu dukungan tanpa sikap kritis. Tokoh-tokoh penting Zending dalam proses ini adalah B.M. Schuurman dan Hendrik Kraemer.


Dalam rancangan Statuten keanggotaan terdiri atas perorangan bangsa Indonesia, dan orang bukan bangsa Indonesia (sebagai anggota luar biasa) yang menerima dasar dan tujuan partai. Tidak ada penjelasan mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban anggota yang berbeda itu, kecuali kewajiban organisasi-organisasi anggota untuk memberi bantuan keuangan. Mengenai organisasi-organisasi hanya dikatakan bahwa PMI khusus mewakili kepentingan politik organisasi-organisasi itu.48


Pemikiran teologis yang menjadi pengesahan terhadap keterlibatan orang Kristen dalam politik jelas diwarisi dari kalangan politisi Kristen Belanda melalui CSP. Pokok-pokok terpenting dalam pemikiran itu adalah pembenaran keterlibatan Kristen dalam politik yang pada masa itu banyak ditolak, pandangan positif terhadap pemerintah dan hubungan subordinatif kekristenan dengan kebangsaan.


Selanjutnya Siagian menekankan kewajiban Kristen untuk bekerja bagi keselamatan bangsa dan tanah airnya, yang dikerjakan antara lain dalam politik. Dan karena itu pembentukan PKMI sebagai partai politik orang Kristen Indonesia perlu sebagai sarana untuk memperjuangkan kepentingan dan cita-cita politik bangsa Indonesia. Siagian mengakui bahwa ada orang-orang yang membuat politik bercitra buruk sebagai jalan untuk mencari kehormatan dan keuntungan diri sendiri. Tetapi hal itu tidak lantas menjadikan politik itu sendiri buruk. Politik itu suatu perkara yang baik dan indah, suatu ilmu untuk memimpin dan mengupayakan keselamatan bangsa.


Pemikiran dan kegiatan-kegiatan partai politik Kristen yang diuraikan dalam bagian kedua di atas, jelas menunjukkan warna yang sama: memahami hubungan kolonial dalam kerangka tugas etis Belanda untuk membawa bangsa Indonesia menuju kemerdekaan dan menghormati pemerintah sebagai pemegang mandat ilahi. Jelas bahwa dalam kerangka pemahaman seperti itu tidak dapat berkembang sikap nasionalisme yang progresif. Semboyan indië los van Nederland, yang mengungkapkan sikap yang lebih progresif, ditolak. Maka kemerdekaan Indonesia yang mereka perjuangkan adalah kemerdekaan dalam ikatan dengan Negeri Belanda. Selain pemahaman yang kurang progresif tu, kendala lain adalah lemahnya golongan Kristen Indonesia akibat penolakan banyak orang Kristen berpolitik, sesuai kecenderungan pemikiran teologi Kristen di Indonesia masa itu. Samentara itu, wakil-wakil Kristen di dalam Volksraad (Soselisa, Moelia, Laoh, Noto Soetarso dll) dipilih atau ditunjuk dalam hubungan dengan sukunya, bukan sebagai wakil partai Kristen (kecuali Moelia sebagai wakil CSP pada tahun 1935-1942). Kepentingan suku atau daerah dengan sendirinya menjadi perhatian utama, apalagi karena pada masa itu wawasan kesatuan sebangsa dan persatuan Kristen belum mengatasi wawasan kesukuan. Lemahnya cabang-cabang Melayu CSP dan kemudian gagalnya PKMI menunjukkan bahwa pihak Kristen belum siap untuk suatu organisasi politik yang berwawasan nasional. PKC dengan susah payah bisa bertahan karena mempertemukan agama dan kesukuan. Singkatnya, dalam kalangan politisi Kristen wawasan kemerdekaan dan kesatuan nasional diganjal oleh pemikiran politik dan teologis yang sempit, serta oleh wawasan kesukuan.


Jelas kedua sudut pandang pertama tidak dapat membuka hubungan yang baik, maka kesadaran pada perbedaan adanya orientasi mengisyaratkan perlunya mengikuti prinsip Paulus: bagi orang pribumi menjadi seperti seorang pribumi sehingga kita dapat memahami mereka.3 Sangat penting di sini adalah bahasa sebagai pengungkapan jiwa suatu bangsa (volksziel). Maka bukan hanya pribumi yang perlu belajar bahasa Belanda untuk mendekatkan mereka kepada orang Eropa, melainkan juga sebaliknya orang Eropa perlu belajar bahasa pribumi supaya dapat memahami perbedaan-perbedaan yang ada dan menghormati mereka. Injil dapat menjadi jelas dalam sikap penghargaan terhadap pribumi.4


Mata oikumenis pembinaan pemuda dan mahasiswa Kristen Indonesia tersebut dikonkretkan oleh dua peristiwa penting: perkunjungan Dr. John Mott (Ketua WSCF) dan Dr. H. Rutgers (Bendahara WSCF, Sekretaris NCSF) ke Indonesia pada tahun 1926, dan konferensi Asia dan Australia WSCF di Citeureup pada tahun 1933.


Contoh yang lain dari kuatnya wawasan kebangkitan di kalangan gerakan pemuda Kristen adalah Johanes Leimena.43 Dalam suatu karangannya yang diterbitkan bersama dalam Zaman Baroe pada tahun 1928 Leimena membicarakan hubungan antara gerakan pemuda Kristen dengan nasionalisme.44 Jalan pemikiran Leimena sebagai berikut: Nasionalisme bersumber pada keadilan yang sama diperjuangkan bangsa-bangsa. Perkembangan pada bangsa-bangsa Asia seperti Cina, Jepang, India menunjukkan pentingnya pengaruh Kristen. Diantara tokoh-tokoh nasional mereka terdapat orang-orang Kristen. Itu suatu petunjuk supaya juga di Indonesia orang-orang Kristen mengambil bahagian dalam memajukan bangsa:


Lebih lanjut Leimena menekankan pentingnya agama bagi pembentukan moral dan budi pekerti, sebab perjuangan bangsa tidak hanya memerlukan orang yang berkepandaian, melainkan juga orang yang beragama dan bersopan santun. Suatu bangsa yang tinggi kemjuan teknologinya tetapi tidak memiliki orang-orang yang berbudi maka tergolong bangsa yang miskin. Leimena menempatkan agama di atas kebangsaan dalam arti kesungguhan beriman akan memperbesar pengabdian:


Ketiga, bangsa tidak pernah boleh menjadi subyek kesetiaan mutlak kita, sebab sebagai orang Kristen kita adalah warga satu Gereja yang Kudus di mana terjadi kesatuan kekal antara orang-orang percaya dengan Kristus, sedangkan bangsa-bangsa terhisab pada dunia dan kehidupan ini, tidak kekal. Ketiga hal di atas berlaku baik bagi ras dan negara manapun bagi bangsa.


Pada akhir Konferensi yang dialaminya sebagai peristiwa yang amat menggugah CSV op Java itu, salah seorang delegasi CSV op Java, S. Pelenkahu, mengemukakan suatu pernyataan kegembiraan atas penerimaan CSV op Java ke dalam keanggotaaan WSCF. Dia juga secara pribadi mengungkapkan perasaan yang dialaminya dalam Konferensi itu, khususnya perluasan wawasan oikumenisnya: 041b061a72


About

Welcome to the group! You can connect with other members, ge...

  • Facebook
  • Twitter
  • LinkedIn

©2021 by Agility Arc. Proudly created with Wix.com

bottom of page